Kita terlahir dari kota yang berbeda. Tapi kerap kali membicarakan tema yang sama. Yaitu "CINTA"

Jumat, 09 Agustus 2013

GENRE FIKSI



Tulisan ini diambil dari web Gagas Media.
Beberapa jenis fiksi romance:
  • Mainstream Romance
  • Classic Romance
  • Teen Romance
  • Domestic Drama
  • Clique*lit
1. Mainstream Romance
Seperti roller coaster, novel-novel Mainstream Romance membawa emosi pembaca naik-turun. Pokoknya, semuanya tentang cinta, cinta, dan CINTA!
PLOT
Ciri lain Mainstream Romance adalah pakem Star Cross-nya; artinya sejak awal tokoh utama perempuannya sudah di-set akan berjodoh dengan tokoh utama laki-lakinya. Tapi bagaimana kedua orang itu saling tertarik, jatuh cinta, dan memutuskan bersama… itu dia yang pembaca ingin tahu dari novelmu!
Sebisa mungkin, hindari terlalu banyak kebetulan. Dan adegan tabrakan pas jalan berpapasan. C’mon… ada segudang cara lain yang bisa kamu pakai untuk mempertemukan pasangan di novel Mainstream Romance-mu ini.
SETTING
Optimalkan kekuatan cerita di chemistry antara dua tokoh. Ciptakan suasana yang intens dan romantis dengan deskripsi yang baik, dan jangan lupa: location, location, location. Setting tempat yang mendukung cerita akan menjadi nilai plus buat naskah kamu.
Untuk nuansa romantis yang lembut pilih tempat-tempat ber-space luas, daerah pinggir kota misalnya. Sementara untuk Mainstream Romance bertema urban, pilih daerah perkotaan atau ciptakan lingkungan fiktif yang bisa mewakili lifestyle kehidupan perkotaan. Misalnya, perkantoran elite, kantor majalah high fashion, dsb.
KARAKTER
Biarpun ini kedengarannya sepele, pilihlah nama yang menggambarkan kepribadian karaktermu. Nama-nama ‘maskulin’ (misalnya: Bobby, Andres, Tora) mempermudah pembaca membayangkan se-macho apa karakter cowokmu. Sebaliknya, nama-nama ‘uniseks’ (misalnya: Andri, Dian, Alex, Kurnia, Aulia) akan jadi sangat membingungkan.
Seperti halnya nama, pilih baik-baik profesi dan hobi karaktermu.
LAIN-LAIN
Teknik ini udah bukan rahasia lagi—saking seringnya dipakai di film-film romantis Hollywood. Pastikan semua konflik (utama, sub konflik) sudah selesai di bab kedua sebelum ending. Tutup cerita dengan satu bab yang menggambarkan seperti apa pasangan novelmu menjalani hari-hari penuh cinta mereka. Misal: kalo fokus cerita kamu tutup dengan lamaran, mungkin di bab terakhir (+ 5 halaman) kamu menhadiahkan pembaca cerita tentang momen romantis yang terjadi saat pernikahan. Quote-quote manis akan sangat membantu di bagian ini.
-
2. Classic Romance
PLOT
Ada dua jenis romance yang masuk kategori Classic Romance: romance sejarah dan romance konvensional. Seperti namanya, romance sejarah mengambil setting waktu berabad-abad lampau. Romance konvensional ber-setting lampau dan tahun sekarang, tapi temanya sangat dekat dengan budaya dan tradisi Indonesia. Bayangkan kisah cinta terlarang keturunan kraton dan orang biasa, atau hubungan yang ditentang orangtua karena masalah marga.
Saat mengerjakan novel Classic Romance, kamu tetap harus ingat: ini novel romance. Tetap perhatikan chemistry pasangan yang menjadi tokoh utama dan awasi baik-baik perkembangan cinta mereka.
SETTING
Konflik adat dan keluarga sangat kental di Classic Romance. Mainkan kreativitasmu untuk menciptakan setting yang memancing konflik kuat dan nggak mengada-ada, misalnya: acara keluarga besar yang memungkinkan clash antara cara pikir generasi muda dan generasi tua.
Kekuatan di novel-novel seperti ini terletak di setting waktu dan tempat. Kamu harus bisa meyakinkan pembaca bahwa semua kejadian di novelmu terjadi di waktu dan tempat yang kamu tetapkan. Karenanya, kamu sebaiknya melakukan riset yang cukup dulu sebelum mengerjakan novel ini.
DESKRIPSI
Hati-hati saat mencecerkan fakta di novel Classic Romance-mu. Menyelipkannya sebagai deskripsi—apalagi sampai kebanyakan—bisa membuat novelmu berubah jadi semi non-fiksi dan, lebih buruknya lagi, kayak brosur! Menjadikannya sebagai bagian dialog kadang-kadang malah membuat si tokoh seperti tukang obat yang cerewet. Sekali lagi, hati-hati. Nggak sedikit penulis yang terpeleset di kecenderungan ini.
LAIN-LAIN
Hati-hati dengan penggunaan bahasa slang. Noni-noni di Batavia belum kenal istilah ‘sumpe lo’ atau ‘kepo banget sih lo’. Oke, emang lucu sih… tapi nggak bakal lucu kalo novelmu terbit dan ada pembaca yang menemukan kesalahanmu itu.
-
3. Teen Romance
PLOT
Mulailah novelmu dengan hal-hal ringan. Bisa jadi tokoh cewek dan tokoh cowokmu baru bertemu. Bisa jadi juga mereka berantem dan saling benci sebelum mengenal satu sama lain lebih jauh. Terserah.
Buat pembaca bersenang-senang dengan plot novelmu. Jangan terlalu terburu-buru membuat tokoh-tokoh utamamu jatuh cinta, biaskan mereka menikmati perasaannya. Buai pembaca dengan pertemuan-pertemuan yang megesankan, kencan pertama yang canggung tapi berakhir menyenangkan, ciuman malu-malu… biarkan pembaca terbawa jauh ke dalam cerita cinta buatanmu.
‘Jadian’ memang ending Teen Romance pada umumnya, tapi bukan berarti kamu nggak bisa bermain-main dengan pakem ini. Ciptakan sub plot yang bikin penasaran atau tokoh-tokoh lain yang mendukung/menghalangi cinta mereka. Jadi, biarpun sudah kebayang ceritanya bakal berakhir bahagia, buat pembacamu ketagihan untuk terus membaca sampai halaman terakhir.
KARAKTER
Dunia sekolah dan kuliah adalah fokus utama Teen Romance. Usia tokoh utama di novel ini biasanya berkisar antara 18-24 tahun. Sedangkan untuk tokoh pendukung, pilih yang mewakili dunia di sekitar tokoh utama. Bisa jadi kepala sekolah, mantan, tetangga, orangtua, teman-teman, atau malah musuh bebuyutannya.
Tokoh cowok di Teen Romance biasanya ganteng… tapi jangan buat dia jadi sempurna. Ciptakan karakter yang punya kelemahan, entah itu ketakutan pada hal tertentu, trauma, kebencian, dan dendam. Kekurangan membuat si tokoh terasa nyata.
Meskipun Teen Romance pada dasarnya adalah cerita cinta, pembaca ternyata lebih fokus pada bagaimana akhirnya si tokoh cewek mendapatkan cinta cowok idamannya. Jadi, pikirkan baik-baik tokoh utama cewek di novelmu. Lakukan riset kalau perlu.
Jangan terjebak di klise ‘cewek tomboy’ dan ‘cewek feminin’.
Tokoh cewek yang sempurna akan membuat pembaca sulit bersimpati karena cewek seperti ini biasanya dianggap mudah mendapatkan segalanya.
Dalam fiksi, baik tema maupun karakter memiliki fokus perhatian yang sama besarnya. Tapi, di Teen Romance, daya tarik sesungguhnya terletak di seberapa meyakinkannya tokohmu mewakili dunia remaja saat ini. Jadi, sebelum menulis, pastikan kamu sudah memiliki bayangan jelas tentang gaya hidup remaja, apa yang sedang mereka gandrungi, tontonan dan game favorit, hobi, dsb. Pelajari cara mereka bicara dan masalah yang sedang mereka hadapi.
LAIN-LAIN
Hati-hati dengan klise. Pacaran dengan anak band dan anak basket bukan hanya ‘biasa’ banget di Teen Romance, tapi juga kemungkinan sudah banyak dipakai penulis lain sebelumnya. Mulailah riset dan temukan ide-ide menarik untuk novelmu. Majalah remaja adalah salah satu sumber yang bagus untuk menggali ide.
Teen Romance biasanya ditulis dari sudut pandang orang pertama atau orang ketiga, tapi beberapa novel bagus malah menggunakan sudut pandang orang kedua. Pilihlah yang menurut kamu paling cocok dengan gaya berceritamu.
Adegan romantis di Teen Romance cenderung lembut dan manis. Hindari adegan-adegan vulgar yang nggak cocok dibaca anak sekolah.
-
4. Domestic Drama
PLOT
Sesuai namanya, novel-novel Domestic Drama bercerita tentang pasang surut dalam kehidupan pernikahan. Masalah-masalah yang dialami tokoh utama (suami-istri) tak jauh-jauh dari kehidupan rumah tangga lainnya: uang, karier, anak, kehidupan bermertua, tetangga, pendidikan anak, dsb. Pilih konflik yang membumi dan tidak mengada-ada.
Sebaiknya mengambil latar belakang keluarga menengah ke atas. Konflik keluarga kelas atas biasanya berkutat di masalah skandal, which is bukan pilihan konflik yang sedang kita cari.
What happens in family, stays in family. Jangan biarkan konflik dalam novel Domestic Drama-mu diselesaikan/dibantu orang yang bukan keluarga. Lebih baik lagi, jika tokoh utamanya sendiri yang menyelesaikan masalah rumah tangganya—yang, tentu saja, dengan segala pergumulan dan kesadaran diri.
Konflik atau sub-konflik orang ketiga sebaiknya dihindari. Bukan saja klise, tapi outdated—alias kuno banget.
KARAKTER
Karakter-karakter pendukung Domestic Drama tak jauh-jauh dari lingkungan keluarga: anak, mertua, kakek, nenek, cucu, paman, bibi—bahkan mungkin, tetangga. Semua tokoh yang dilibatkan dalam Domestic Drama sebaiknya dipilih yang benar-benar membantu tokoh utama dalam menyelesaikan masalah pernikahannya.
Newlyweds (pengantin baru) adalah topik favorit Domestic Drama. Bukan saja karena di fase inilah banyak sekali kemungkinan konflik yang bisa terjadi, tapi juga fakta bahwa pembaca romans GagasMedia yang mayoritas dewasa muda bisa dengan gampang ‘terlibat’ ke isi cerita. After the Honeymoon (Ollie) adalah contoh baik novel Domestic Drama bertema newlyweds.
LAIN-LAIN
Butuh inspirasi? Tonton serial-serial TV seperti Home and Away, Neighbours, Growing Pains, Family Ties, Six Feet Unders, dan Brothers and Sisters untuk mencari inspirasi.
-
5. Clique*lit
PLOT
Tema besar Clique*Lit adalah pergaulan dan pertemanan. Jadi, plot yang kamu temukan di serial Glam Girlshanyalah sebagian kecil dari banyak sekali kemungkinan tema. Bisa jadi, novel Clique*Lit-mu bercerita tentang pergaulan anak-anak di asrama atau tempat kos. Atau, novelmu bercerita tentang sekelompok remaja yang melakukan study trip bersama. Atau, tentang perseteruan di antara anak-anak Klub Ilmiah Remaja (KIR). Have fun. Pikirkan cerita-cerita yang out of box.
Sumber konflik di genre Clique*Lit berasal dari: ambisi, skandal, kebencian, dendam, kekecewaan, persaingan, dan pengkhianatan.
Isu popularitas paling cocok untuk clique cewek (Glam Girls). Isu siapa yang lebih jago, lebih berani paling cocok untuk clique cowok (The Outsider, S.E. Hinton).
Kunci memilih konflik apa yang muncul di novel kamu terletak di background tokoh utamamu. Semakin high class statusnya, konflik tokoh nggak jauh-jauh dari sesuatu yang scandalous—gosip, rahasia, aib, dsb.
KARAKTER
Anggota clique atau geng bisa dibeda-bedakan menjadi empat karakter menonjol:
  • Karakter Alpha digambarkan sebagai sosok pemimpin clique. Tokoh yang seperti ini biasanya memiliki kelebihan yang sangat menonjol (misalnya: sangat pintar atau sangat kaya), goal-oriented, keras kepala, dan nggak mau kalah. Tokoh yang seperti ini bisa jadi adalah anak tunggal di keluarganya.
  • Karakter Beta digambarkan sebagai sosok yang nggak selalu seide dengan Alpha, tapi nggak bisa berbuat apa-apa kecuali menuruti kemauan Alpha. Beta biasanya menghormati pendidikan, jadi tokoh ini dihormati karena intelegensianya. Tokoh Beta membuat banyak pertimbangan sebelum memutuskan sesuatu, paling mungkin terjebak rutinitas (karena melakukan segala sesuatunya secara sistematis). Tokoh Beta punya insekuritas tersendiri; misalnya nggak suka berada di tempat ramai, nggak percaya diri dengan tubuhnya, dsb.
  • Karakter Theta adalah sosok follower sejati. Punya ambisi ingin seperti Alpha tapi nggak cukup berani untuk bersikap tegas. Biang gosip. Berpotensi sebagai backstabber.
  • Karakter Floater adalah sosok yang gampang masuk ke clique manapun. Tokoh ini biasanya memiliki daya tariknya sendiri. Berasal dari keluarga public figure. Paling nyantai di antara semua karakter. Punya agenda sendiri, jadi nggak melulu merasa harus mengikuti maunya si Alpha.
Masing-masing clique punya identitas sendiri. Entah itu gaya berpakaian, slang, bahkan tempat nongkrong. Pastikan clique di novelmu memiliki identitas.
SETTING
Selain karakter, setting adalah faktor yang penting kamu perhatikan. Sebelum memutuskan menggunakan setting(waktu & tempat) tertentu, pertimbangkan hal-hal berikut:
  • Seberapa berpengaruh setting ceritamu dengan plot? (cara mengetes: ‘pindahkan’ ceritamu ke setting yang sama sekali berbeda. Misalnya, novel Glam Girls. Kalau Rashi and the clique dipindahkan ke sekolah negeri, apakah ceritanya akan berubah total? Novel ini bercerita tentang pergaulan dengan teman-teman dari negara berbeda dan juga gaya hidup remaja high class. Jadi, ya. Setting sekolah internasional terbukti berpengaruh sekali dengan plot.
  • Seberapa banyak interaksi tokoh dengan setting yang kamu buat?
  • Apakah setting-mu meyakinkan atau berkesan ‘tempelan’ saja? (solusi: kamu harus riset lagi supaya bisa menciptakan setting yang lebih baik)
LAIN-LAIN
Pastikan bahanmu cukup sebelum memutuskan untuk menulis novel Clique*Lit-mu. Kamu bisa belajar membuat plot Clique*Lit dari karya-karya sastra klasik seperti Shakespeare. Cari tahu lebih banyak tentang peer pressure di internet dan buku-buku di perpustakaan.