Diambil dari blog : http://secangkircokelat.blogspot.com/
sejak stasiun benar-benar menjadi stasiun, perempuan itu
kehilangan banyak sajak
yang biasanya ia pungut tiap mendengar peluit kereta.
kini, tak ada sajak
karena kereta kebanyakan berisi isu, bukan rindu
tak lagi didengarnya cerita liris tentang harap atau
mimpi-mimpi pagi
kereta yang datang di stasiun yang benar-benar jadi stasiun
hanya mengantar kepura-puraan yang jumlahnya terus beranak-pinak
orang-orang yang turun dari gerbongnya memakai topeng yang
sama;
kalut
sejak stasiun benar-benar menjadi stasiun, perempuan itu tak
bisa lagi berlama-lama beralasan menunggu kereta
tiket yang ia punya tak banyak. dan kini, harga tiket cukup
mahal untuk ditukar dengan sajak dari mimpi-mimpi lama
kemarin saja, bahkan para petugas loket tak menoleh saat ia
ingin menukar tiket dengan sajak yang berisi cinta dari sebuah kota bernama
setia.
setia? ulang petugas loket. kau mengada-ada, cinta dan setia
sudah lama tak lagi berada dalam frasa yang sama. cobalah bawa sajak lain yang
lebih berlogika, tambah petugas loket itu buru-buru.
ia mengisyaratkan agar perempuan itu segera berlalu.
jadi, kini perempuan itu tak bisa lagi menunggu kereta.
karena stasiun benar-benar menjadi stasiun.
dan sisa sajak yang ia punya, hanya tentang setia dan cinta
yg masih dalam frasa yang sama.