BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai mahasiswa memang kita dituntut professional dalam menjalani masa
studi dan dalam mengerjakan tugas – tugas yang diberikan oleh bapak /
ibu dosen baik berupa makalah ataupun karya ilmiah, disini kita ingin
menjelelaskan lebih jauh tentang Pemilihan judul, Outline, dan tinjauan
pustaka, yang banyak kurang dimengerti oleh sebagian mahasiswa.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang Pemilihan Judul, outline, dan Tinjauan Pustaka
2. Sebagai bahan diskusi mata kuliah Bahasa Indonesia
3. Sebagai Pemenuhan tugas makalah mata kuliah Bahasa Indonesia
4. Diharapkan pembaca dapat menerapkannya dalam pembuatan karya ilmiah.
1.3 Metode Penulisan
Penulisan menggunakan metode kepustakaan .
1.4 Studi Pustaka
Dalam metode ini penyusun membaca sebuah buku dan beberapa Website, Blog yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Judul/Penemuan Judul Karya Ilmiah
Judul adalah suatu kalimat singkat dan padat yang menggambarkan isi suatu ulasan/karya ilmiah.
Cara Pemilihan Judul Karya Ilmiah
a. Singkat, jelas dan berbobot: Usahakan jumlahnya tidak lebih dari 25
kata. Judul penelitian harus singkat karena menggambar efektivitas dan
efisiensi. Judul jangan terlalu panjang karena membingungkan, dan
membuat orang berfikir panjang tentang apa fokus penelitiannya.
b. Harus sesuai dengan topik penelitian: Judul yang baik harus merupakan
perwujudan dari topik penelitian. Pembaca akan dapat mengetahui atau
membayangkan isi dari penelitian, teori yang digunakan, metodologi yang
dipakai.
Misalnya judul “Pengaruh Nitrogen Terhadap Pertumbuhan Padi Pada Musim Kemarau di Jombang Jawa Timur”
1) “Pengaruh a terhadap b” kata pengaruh menunjukkan metode yang
digunakan adalah regresi sederhana atau korelasi sederhana, dengan
tambahan pembahasan misalnya deskriptif demografik responden, deskriptif
jawaban responden, grafik dan lain-lain.
2) “Pengaruh Nitrogen Terhadap Pertumbuhan Padi Pada Musim Kemarau”
menunjukkan dua variabel yang diteliti yaitu “Pengaruh Nitrogen Terhadap
Pertumbuhan Padi” (Variabel X, independen variabel) dan “Pada Musim
Kemarau” (Variabel Y, dependen variabel)
3) “Di Jombang Jawa Timur” menunjukkan studi kasus yang diteliti, dibatasi hanya terjadi di Jombang Jawa Timur.
Cara menulis judul adalah dengan menentukan kerangka karangan dengan pembatasan topik. Contoh:
Topik : Tumbuhan
Masalah apa : Pertumbuhan
Mengapa : Perbedaan kecepatan pertumbuhan
Dimana : Jombang Jawa Timur
Waktu : Tiga bulan (sekali panen)
Kajian : Praktis
Penentuan judul tersebut, dengan metode penelitian kuantitatif yang
mengarah pada pengambilan kesimpulan yang menggerucut (deduktif).
c. Tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku: Judul penelitian
berbeda dengan judul-judul koran atau headline suatu majalah yang begitu
bombastis dan provokatif agar laku dijual. Judul juga tidak boleh
bertentangan dengan norma yang berlaku seperti norma agama, sosial,
budaya, dan etika, misalnya adanya unsur penghinaan terhadap kelompok,
agama atau Nabi tertentu. Judul yang mengandung kata yang tidak sopan
juga dilarang.
d. Tidak menimbulkan interpretasi ganda: Misalnya judul “Analisis kultur
budaya dan pengaruhnya terhadap kecenderungan terjadinya pengangguran
di daerah X”. judul ini banyak menimbulkan prasangka, apakah yang
dimaksud pengangguran adalah unemployment (tidak bekerja) atau
underemployment (kadang bekerja, kadang tidak)?
e. Tidak provokatif: Judul penelitian haruslah netral dan hanya
merupakan dugaan, yang kemudian diteliti dengan menjunjung tinggi nilai
ilmiah yang tinggi dan tidak memihak atau mengarahkan pembaca.
f. Bukan merupakan kalimat tanya: Bila menggunakan kalimat tanya ini
adalah judul yang tidak lazim, sangat jarang ditemui karena ini dapat
menggambar keraguan dari peneliti. Misalnya Judul “Analisis pengaruh
cover majalah terhadap minat baca?” perhatikan tanda tanya menunjukkan
keraguan
(Sumber: Usman Rianse dan Abdi. Metodologi Penelitian sosial dan ekonomi (2008:44), diolah)
2. Outline (Kerangka Karangan)
Pengertian Outline
Outline sering disebut kerangka karangan. Ia merupakan rencana kerja
besar keseluruhan. Belum lagi seorang pengarang dapat mulai menulis
kalau outline belum siap meskipun topik dan pokok pikirannya telah
tersedia. Itu kalau menghendaki karangan yang rapi dan lancar.
Untuk menyusun karangan panjang, seperti esai atau buku, terasa sekali
perlunya disiapkan outline yang berbentuk pembagian bab-bab dan
pasal-pasal. Tetapi untuk menyusun karangan pendek, semacam makalah atau
artikel untuk surat kabar, outlinenya mungkin hanya berbentuk susunan
butir-butir penting belaka, tidak berbentuk pembagian bab-bab dan
pasal-pasal yang begitu terinci.
Pada prinsipnya sebuah karangan pendek atau panjang boleh-boleh saja di
susun tanpa mengindakan outline. Outline hanya sekedar teknik atau alat
belaka. Teknik dan alat untuk memudahkan dan melancarkan karangan. Makin
cermat dan makin mendetail ouline disusun, makin baik bagi karangannya.
Sebuah bangunan yang kokoh dan elok biasanya terlahir dari perencanaan
yang cermat dan matang. Begitu pula sebuah karangan yang bernilai, tentu
terlahir dengan outline dengan detail yang dirancang secara cermat dan
matang.
Tipe Susunan Outline
Ada beberapa tipe susunan outline yang pengarang boleh memilih salah
satu yang dirasanya cukup bagus dan tepat bagi karangannya. Ada beberapa
tipe yang lazim dipergunakan, yaitu:
1. Berdasarkan urutan kronologis
Susunan outline di atur menurut susunan waktu kejadian (kronologis) peristiwa yang hendak diuraikan.
2. Berdasarkan urutan lokal
Susunan outline diatur menurut susunan lokal (ruang/tempat) dari pada objek yang hendak diuraikan
3. Berdasarkan urutan klimaks
Susunan outline diatur menurut jenjang kepentingan, dimulai dari jenjang
kepentingan terendah menuju kepada kepentingan yang paling tinggi
4. Berdasarkan urutan familiaritas
Susunan outline diatur menurut dikenal tidaknya bahan yang akan
diuraikan. Dimulai dari sesuatu yang dikenal, kemudian berangsur-angsur
pindah kepada sesuatu yang belum dikenal yang belum di ketahui pembaca.
5. Berdasarkan urutan ekspebilitas
Susunan outline diatur menurut diterima tidaknya prinsip yang
dikemukakan. Dimulai dari mengemukakan hal-hal yang dapat diterima
pembaca, kemudian menuju hal-hal yang dapat diterima pembaca, kemudian
menuju kepada gagasan yang mungkin ditolak.
6. Berdasarkan urutan kausal
Susunan outline diatur menurut hubungan kausal. Dapat dimulai dengan
mengemukakan sebuah sebab, untuk kemudian uraian akan menelusuri
akibat-akibat yang mungkin ditimbulkannya, dapat pula sebaliknya,
dimulai dengan menguraikan beberapa akibat atau beberapa keadaan, lalu
kemudian bertanya, kenapa hal itu terjadi, apa yang mengakibatkannya.
7. Berdasarkan urutan logis
Susunan outline diatur menurut aspek-aspek umum dan aspek khusus,
misalnya, di mulai memperkenalkan kelompok-kelompok yang paling umum,
baru kemudian membicarakan kelompok-kelompok yang khusus, yang merupakan
bagian dari kelompok umum tadi. Atau sebaliknya.
8. Berdasarkan urutan apresiatif
Susunan outline diatur menurut pilihan buruk-baik, untung-rugi, berguna-tidak berguna, benar-salah, dan seterusnya.
Proses Pembuatan Outline
Secara sederhana, proses penyusunan outline umumnya melewati tahapan-tahapan berikut:
Tahap pertama, mencatat di atas sebuah kertas segala gagasan yang timbul
dari pikiran, atau dikumpulkan dari sumber-sumber (tertulis atau
lisan), yang ada hubungannya dengan topik yang ditentukan dan pokok
pikiran yang dirumuskan. Semua gagasan ditulis tanpa perlu disusun dalam
suatu sistem atau berurutan yang teratur.
Tahap kedua, setelah dirasakan seluruh gagasan sudah ditulis, maka
mulailah gagasan-gagasan itu diatur, diorganisasikan dan
disistematisasikan. Hal-hal yang saling berhubungan dan termasuk dalam
satu grup. Di kelompokkan menjadi satu. Dalam tahap mengatur,
mengorganisasikan dan mensistematisasikan ini harus senantiasa
diperhatikan agar gagasan yang tidak cocok dengan pokok pikiran, dicoret
atau dibuang.
Tahap ketiga, menguji sekali lagi gagasan-gagasan yang telah dikelompokkan dalam bab-bab dan pasal-pasal tadi.
Tahap keempat, membuat outline yang lengkap dan terinci yang sudah bebas
dari coret-coretan dan penyempurnaan-penyempurnaan. Dalam tahap ini
juga dicantumkan pokok pikiran yang mendasari outline tersebut.
Begitulah kira-kira tahapan proses penyusunan outline, suatu outline
yang sempurna, yang telah dikaji kembali secara kritis, akan sangat
menguntungkan bagi karangan yang akan dibikin.
Outline Yang Baik
Yang perlu diperhatikan untuk menghasilkan outline yang baik adalah beberapa hal berikut ini:
1. Outline harus mengandung pokok-pokok yang cukup mendetail. Semakin
mendetail, semakin banyak menolong dalam uraian nanti, sebaliknya
outline yang tidak cukup mendetail akan kurang banyak membantu uraian.
2. Outline harus disusun secara cermat dan logis. Setiap bagian
memerlukan pembaharuan lebih lanjut (subdivision) yang bersifat
menganalisis secara cermat dan logis.
3. Dalam outline yang baik, pokok-pokok yang sejajar harus diberi nomor atau huruf yang sejenis.
3. Tinjauan Pustaka
Pengertian Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka mempunyai arti: peninjauan kembali pustaka-pustaka yang
terkait (review of related literature). Sesuai dengan arti tersebut,
suatu tinjauan pustaka berfungsi sebagai peninjauan kembali (review)
pustaka (laporan penelitian, dan sebagainya) tentang masalah yang
berkaitan tidak selalu harus tepat identik dengan bidang permasalahan
yang dihadapi termasuk pula yang seiring dan berkaitan (collateral).
Fungsi peninjauan kembali pustaka yang berkaitan merupakan hal yang
mendasar dalam penelitian, seperti dinyatakan Leedy (1997) bahwa semakin
banyak seorang peneliti mengetahui, mengenal, dan memahami tentang
penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya (yang berkaitan
erat dengan topik penelitiannya), semakin dapat dipertanggung jawabkan
caranya meneliti permasalahan yang dihadapi, walaupun demikian, sebagian
penulis (usulan penelitian atau karya tulis) menganggap tinjauan
pustaka merupakan bagian yang tidak penting sehingga ditulis “asal ada”
saja atau bukan untuk sekedar membuktikan bahwa penelitian (yang
diusulkan) belum pernah dilakukan sebelumnya. Pembuktian keaslian
penelitian tersebut sebenarnya hanyalah salah satu dari beberapa
kegunaan tinjauan pustaka. Kelemahan lain yang sering pula dijumpai
adalah dalam penyusunan, penstrukturan atau pengorganisasian tinjauan
pustaka. Banyak penulisan tinjauan pustaka yang mirip resensi buku
(dibahas buku per buku, tanpa ada kaitan yang bersistem) atau mirip
daftar pustaka (hanya menyebutkan siapa penulisnya dan di pustaka mana
ditulis, tanpa membahas apa yang ditulis) berdasarkan
kelemahan-kelemahan yang sering dijumpai di atas, tulisan ini berusaha
untuk memberikan kesegaran pengetahuan tentang cara-cara penulisan
tinjauan pustaka yang lazim dilakukan.
Kegunaan Tinjauan Pustaka
a. Kegunaan tinjauan pustaka menurut Leedy (1997:hal. 71) menerangkan bahwa suatu tinjauan pustaka mempunyai kegunaan untuk:
1) Mengungkapkan penelitian-penelitian yang serupa dengan penelitian
yang (akan) kita lakukan; dalam hal ini, diperlihatkan pula cara
penelitian-penelitian tersebut menjawab permasalahan dan merancang
metode penelitiannya.
2) Membantu memberi gambaran tentang metode dan teknik yang dipakai
dalam penelitian yang mempunyai permasalahan serupa atau mirip
penelitian yang kita hadapi.
3) Mengungkapkan sumber-sumber data (atau judul-judul pustaka yang berkaitan) yang mungkin belum kita ketahui sebelumnya.
4) Mengenal peneliti-peneliti yang karyanya penting dalam permasalahan
yang kita hadapi (yang mungkin dapat dijadikan nara sumber atau dapat
ditelusuri karya-karya tulisnya yang lain yang mungkin terkait.
5) Memperlihatkan kedudukan penelitian yang (akan) kita lakukan dalam
sejarah perkembangan dan konteks ilmu pengetahuan atau teori tempat
penelitian ini berada.
6) Mengungkapkan ide-ide dan pendekatan-pendekatan yang mungkin belum kita kenal sebelumnya
7) Membuktikan keaslian penelitian (bahwa penelitian yang kita lakukan berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya)
Mampu menambah percaya diri kita pada topik yang kita pilih karena
telah ada pihak-pihak lain yang sebelumnya juga tertarik pada topik
tersebut dan mereka telah mencurahkan tenaga, waktu dan biaya untuk
meneliti topik tersebut.
b. Kegunaan tinjauan pustaka menurut Castetter dan Heisler (1984, hal.
38-43) menerangkan bahwa tinjauan pustaka mempunyai enam kegunaan yaitu:
1. Mengkaji sejarah permasalahan
2. Membantu pemilihan prosedur penelitian
3. Mendalami landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan
4. Mengkaji kelebihan dan kekurangan hasil penelitian terdahulu
5. Menghindari duplikasi penelitian
6. Menunjang perumusan masalah
karena penjelasan Castetter dan Heisler di atas lebih jelas maka
pembahasan lebih lanjut tentang kegunaan tinjauan pustaka dalam tulisan
ini mengacu pada penjelasan mereka. Satu persatu kegunaan (yang saling
kait mengkait) tersebut dibahas dalam bagian berikut ini:
1. Mengkaji sejarah permasalahan, sejarah permasalahan meliputi
perkembangan permasalahan dan perkembangan penelitian atas permasalahan
tersebut. Pengkajian terhadap perkembangan permasalahan secara
kronologis sejak permasalahan tersebut timbul sampai pada keadaan yang
dilihat kini akan memberi gambaran yang lebih jelas tentang perkembangan
materi permasalahan (tinjauan dari waktu ke waktu; berkurang atau
bertambah parah; apa penyebabnya). Mungkin saja, tinjauan seperti ini
mirip dengan bagian “latar belakang permasalahan” yang biasanya ditulis
di bagian depan suatu ulasan penelitian. Bedanya: dalam tinjauan
pustaka, kajian selalu mengacu pada pustaka yang ada. Pengkajian
kronologis atas penelitian-penelitian yang pernah dilakukan atas
permasalahan yang akan membantu memberi gambaran tentang apa yang telah
dilakukan oleh peneliti-peneliti lain dalam permasalahan tersebut.
Gambaran bermanfaat tentang pendekatan yang dipakai dan hasil yang
didapat.
2. Membantu pemilihan prosedur penelitian, dalam merancang prosedur
penelitian (research design), banyak untungnya untuk mengkaji
prosedur-prosedur (atau pendekatan) yang pernah dipakai oleh
peneliti-peneliti terdahulu dalam meneliti permasalahan-permasalahan
yang hampir serupa. Pengkajian meliputi kelebihan dan kelemahan
prosedur-prosedur yang dipakai dalam menjawab permasalahan. Dengan
mengetahui kelebihan dan kelemahan prosedur-prosedur tersebut, kemudian
dapat dipilih, diadakan penyesuaian dan dirancang suatu prosedur yang
cocok untuk penelitian yang dihadapi.
3. Mendalami landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan, salah
satu karakteristik penelitian adalah kegiatan yang dilakukan haruslah
berada pada konteks ilmu pengetahuan atau teori yang ada. Pengkajian
pustaka, dalam hal ini, akan berguna bagi pendalaman pengetahuan
seutuhnya (unified explanation) tentang teori atau bidang ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan permasalahan. Pengenalan teori-teori
yang tercakup dalam bidang atau area permasalahan diperlukan untuk
merumuskan landasan teori sebagai basis perumusan hipotesa atau
keterangan empiris yang diharapkan.
4. Mengkaji kelebihan dan kekurangan hasil penelitian terdahulu, di
bagian awal tulisan ini disebutkan bahwa kegunaan tinjauan pustaka yang
dikenal umum adalah untuk membuktikan bahwa penelitian (yang diusulkan)
belum pernah dilakukan sebelumnya. Pembuktian keaslian penelitian ini
bersumber pada pengkajian terhadap penelitian-penelitian yang pernah
dilakukan. Bukti yang dicari bisa saja berupa kenyataan bahwa belum
pernah ada penelitian yang dilakukan dalam permasalahan itu, atau hasil
penelitian yang pernah ada belum mantap atau masih mengandung kesalahan
atau kekurangan dalam beberapa hal dan perlu diulangi atau dilengkapi.
Dalam penelitian yang akan dihadapi sering diperlukan pengacuan terhadap
prosedur dan hasil penelitian yang pernah ada. Kehati-hatian perlu ada
dalam pengacuan tersebut. Suatu penelitian mempunyai lingkup
keterbatasan serta kelebihan dan kekurangan. Evaluasi yang tajam
terhadap kelebihan dan kelemahan tersebut akan berguna terutama dalam
memahami tingkat kepercayaan (level of significance) hal-hal yang diacu.
Perlu dikaji dalam penelitian yang dievaluasi apakah temuan dan
kesimpulan berada di luar lingkup penelitian atau temuan tersebut
mempunyai dasar yang sangat lemah. Evaluasi ini menghasilkan
penggolongan pustaka ke dalam dua kelompok:
1) Kelompok pustaka utama (significant literature)
2) Kelompok pustaka penunjang (Collateral literature)
5. Menghindari duplikasi penelitian, kegunaan ini agar tidak terjadi
duplikasi penelitian, sangat jelas maksudnya. Masalahnya, tidak semua
hasil penelitian dilaporkan secara luas. Dengan demikian, publikasi atau
seminar atau jaringan informasi tentang hasil-hasil penelitian sangat
penting, dalam hal ini, peneliti perlu mengetahui sumber-sumber
informasi pustaka dan mempunyai hubungan (access) dengan sumber-sumber
tersebut. Tinjauan pustaka, berkaitan dengan hal ini, berguna untuk
membeberkan seluruh pengetahuan yang ada sampai saat ini berkaitan
dengan permasalahan yang dihadapi (sehingga dapat menyakinkan bahwa
tidak terjadi duplikasi)
6. Menunjang perumusan masalah, kegunaan yang keenam dan taktis ini
berkaitan dengan perumusan permasalahan. Pengkajian pustaka yang meluas
(tapi tajam), komperehensif dan bersistem, pada akhirnya harus diakhiri
dengan suatu kesimpukan yang memuat permasalahan apa yang tersisa, yang
memerlukan penelitian; yang membedakan penelitian yang diusulkan dengan
penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Dalam kesimpulan
tersebut, rumusan permasalahan ditunjang kemantapannya (justified).
Pada beberapa formulir usulan penelitian (seperti misalnya pada formulir
usulan penelitian DPP FT UGM), bagian kesimpulan ini sengaja dipisahkan
tersendiri (agar lebih jelas menonjol) dan ditempatkan sesudah tinjauan
pustaka seperti diberi judul “keasilan penelitian”.
Contoh Permasalahan Dalam Tinjauan Pustaka
Organisasi tinjauan pustaka seperti telah dijelaskan di atas, banyak
dijumpai kelemahan dalam penulisan tinjauan pustaka dilihat dari cara
menyusun atau mengorganisasi materinya. Organisasinya yang lemah
ditunjukkan oleh tidak adanya sistem (keterkaitan) yang jelas
ditampilkan dalam tinjauan pustaka tersebut. Berkaitan dengan
persyaratan untuk bersistem tersebut, dalam formulir usulan penelitian
DPP FT UGM telah ditulis dengan jelas, sebagai berikut: “Tinjauan
Pustaka (Buatlah suatu uraian yang baik, luas dan bersistem mengenai
penelitian-penelitian yang sudah pernah diadakan dan yang mempunyai
kaitan dengan penelitian yang diusulkan ini…)”. Dalam hal organisasi
tinjauan pustaka, Castetter dan Heisler (1984, hal. 43-45) menyarankan
tentang bagian-bagian tinjauan pustaka yang meliputi:
1. Pendahuluan
2. Pembahasan, dan
3. Kesimpulan
Dalam bagian pendahuluan, bisanya ditunjukkan peninjauan atau kriteria
penetapan pustaka yang akan ditinjau (dapat diungkapkan dengan sederetan
pertanyaan keingin tahu). Pada bagian pendahuluan ini pula dijelaskan
organisasi tinjauan pustaka, yaitu pengelompokan secara sistematis
dengan menggunakan judul dan sub-judul pembahasan; umumnya,
pengelompokan didasarkan pada topik; cara lain, berdasarkan periode
(waktu, kronologis). Contoh “bagian pendahuluan” dari suatu tinjauan
pustaka sebagai berikut:- contoh I: Tinjauan pustaka dalam penelitian
ini meliputi lima kelompok bahasan. Pembahasan pertama merupakan
tinjauan singkat tentang sistem permodalan transportasi kota, sebagai
pengantar atau pengenalan tentang penyebaran beban lalu lintas ke
ruas-ruas jalan. Pembahasan kedua berkaitan dengan pengetahuan
penyebaran beban lalulintas ke ruas-ruas jalan (trip assignment) itu
sendiri, dan pembahasan ketiga menyangkut tinjauan kronologis
pengembangan paket-paket program komputer untuk perhitungan sebaran
beban lalulintas. Pembahasan keempat bersangkut paut dengan kritik
terhadap paket-paket komputer dalam bidang sistem permodalan
transportasi kota yang ada; sedangkan pembahasan kelima memfokuskan pada
interaksi (dialog) antara program komputer dan pemakai (Sumber:
Djunaedi, 1988)
Contoh 2: …tinjauan pustaka ini dirancang untuk menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1) Seperti apakah proses perencanaan kota komperehensif itu?.
2) Bagian mana saja dari proses tersebut yang terstruktur dan bagain mana saja yang tidak terstruktur?
3) Sejauh mana bagian-bagian proses tersebut sampai saat ini telah terkomputerkan?
4) Siapa saja atau pihak mana yang terlibat dalam proses perencanaan tersebut?
5) Seperti apakah produk akhir dari proses perencanaan tersebut? (Sumber: Djunaedi, 1996, hal. 9)
Bagian kedua, pembahasan disusun sesuai organisasi yang telah ditetapkan
dalam bagian pendahuluan. Pembahasan pustaka perlu dipertimbangkan
keterbatasan bahwa tidak mungkin (tepatnya: tidak perlu) semua pustaka
dibahas dengan kerincian yang sama; ada pustaka yang lebih penting dan
perlu dibahas lebih rinci daripada pustaka lainnya. Dalam hal kemiripan
isi, perincian dapat diterapkan pada salah satu pustaka: sedangkan
pustaka lainnya cukup disebutkan saja tapi tidak dirinci. Misal:
Komponen sistem penunjang pembuatan keputusan, seperti dijelaskan oleh
Mitta (1986), meliputi empat modul: pengendali, penyimpan data, pengolah
data dan pembuat model. Penjelasan serupa diberikan pula oleh Sprague
dan Carlson (1982), dan Bonczek et.atl (1981). Sebagai peninjauan yang
bersistem, disamping menuruti organisasi anggota telah ditetapkan, dalam
pembahasan secara rinci perlu ditunjukkan keterkaitan satu pustaka
dengan pustaka yang lainnya. Bukan hanya menyebut “Si A menjelaskan
bahwa….Si B menerangkan……Si Z memerinci…..”, tapi perlu dijelaskan
keterkaitannya, misal “Si B menerangkan bahwa….sebaliknya si G membantah
hal tersebut dan menyatakan bahwa….bantahan serupa muncul dari berbagai
pihak, misalnya diungkapkan oleh si W, si S dan si Y. ketiga penulis
terakhir ini bahwa menyatakan bahwa…. Tinjauan pustaka diakhiri dengan
kesimpulan atau ringkasan yang menjelaskan tentang “apa arti semua
tinjauan pustaka tersebut (what does it all mean?)” secara rinci,
kesimpulan atau ringkasan tersebut hendaknya memuat jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan berikut ini, tentang:
a) Status saat ini, mengenai pengetahuan yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti (apakah permasalahan sebenarnya telah tuntas
terjawab?)
b) Penelitian-penelitian terdahulu yang dengan permasalahan yang dihadapi (adalah sesuatu dan apalah yang dapat dimanfaatkan?)
c) Kualitas penelitian-penelitian yang dikaji (mantap atau hanya dapat dipercayai sebagian saja?)
d) Kedudukan dan peran penelitian yang diusulkan dalam konteks ilmu pengetahuan yang ada.
Contoh bagian ringkasan dari tinjauan pustaka: isi tinjauan pustaka di atas dapat diringkas sebagai berikut:
1) Telah tersedia pengetahuan tentang teknik penghitungan sebaran beban lalulintas ke ruas-ruas jalan
2) Teknik tersebut telah diwujudkan dalam suatu bagian dari program
komputer berskala besar sampai menengah, yang dijalankan dengan komputer
besar (main-frame)
3) Dibutuhkan penerapan teknik tersebut pada komputer mikro meningat komputer mikro telah tersebar luas ke Indonesia
4) Untuk pembuatan program simulator ini perlu dipertimbangkan
hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan menyangkut interaksi
(dialog) antara program komputer dan pemakai yang bukan pemrogram,
terutama dalam bentuk dialog, keterlibatan pemakai, dan keterbatasan
waktu dalam diri pemakai (Sumber: Djunaedi, 1988)
Kaitan Tinjauan pustaka dengan daftar pustaka
Di bagian awal tulisan ini telah disebutkan bahwa sering terdapat
penulisan tinjauan pustaka yang mirip daftar pustaka, misal: “Tentang
hal A dibahas oleh si H dalam buku….., si B dalam buku….; sedangkan
tentang hal J diterangkan oleh si P dalam buku….
….”peninjauan seperti ini biasanya tidak menyebutkan apa yang dijelaskan
oleh masing-masing pustaka secara rinci (hanya menyebutkan siapa dan
dimana ditulis). Penyebutan judul buku, yang seringkali tidak hanya
sekali, tidak efisien dan menyaingi tugas daftar pustaka. Dalam tulisan
ini, cara peninjauan seperti itu tidakdisarankan. Pengacuan pustaka
dalam tinjauan pustaka dapat dilakukan dengan cara yang bermacam-macam,
antara lain: penulisan catatan kaki, dan penulisan nama pengarang dan
tahun saja. Setiap cara mempunyai kelebihan dan kekurangan; tapi
peninjauan tentang kelebihan dan kekurangan tersebut di luar lingkup
tulisan ini. Dalam tulisan ini hanya akan dibahas pemakaian cara
penulisan nama akhir pengarang dan tahun penerbitan (dan sering ditambah
dengan nomor halaman). Misal: Dalam hal organisasi tinjauan pustaka,
Castetter dan Heisler (1984, hal. 43-45) menyarankan tentang
bagian-bagian tinjauan pustaka, yang meliputi:
1) Pendahuluan
2) Pembahasan, dan
3) Kesimpulan
Pengacuan cara di atas mempunyai kaitan sera dengan cara penulisan
daftar pustaka. Penulisan daftar pustaka umumnya tersusun menurut abjad
nama akhir penulis; dengan format: nama penulis, tahun penerbitan dan
sebagainya. Susunan dan format daftar pustaka tersebut memudahkan untuk
membaca informasi yang lengkap tentang yang diacu dalam tinjauan
pustaka. Misal, dalam tinjauan pustaka “…..Mittra (1986)”.
Dalam daftar pustaka tertulis: Mittra, S.S., 1996, Decision Support
System: Tools and Techniques, John Wiley & Sons, New York, N.Y.
Sering terjadi, seorang penulis (usulan penelitian atau karya tulis)
ingin menunjukkan bahwa bahan bacaannya banyak; meskipun tidak dibahas
dan tidak diacu dalam tulisannya, semuanya ditulis dalam daftar pustaka.
Maksud yang baik ini sebaiknya ditunjukkan dengan membahas dan
mengemukakan secara jelas (menurut aturan pengacuan) apa yang diacu dari
pustaka-pustaka tersebut dalam tulisannya. Tentunya hal yang
sebaliknya, yaitu menyebut nama pengarang yang diacu dalam tinjauan
pustaka tanpa menuliskannya dalam daftar pustaka (karena lupa) tidak
perlu terjadi. Berikut ini salah satu petunjuk tentang penulisan nama
untuk pengacuan dalam tinjauan pustaka (dan daftar pustaka)-dikutip dari
petunjuk yang dikeluarkan oleh Program Pascasarjana UGM(1997: 16-17):
Penulisan Nama penulisan nama mencakup nama penulis yang diacu dalam
uraian, daftar pustaka, nama yang lebih dari dua suku kata, nama dengan
garis penghubung, nama yang diikuti dengan singkatan, dan derajat
kesarjanaan.
1. Nama penulis yang diacu dalam uraian
Penulis yang ditulisnya diacu dalam uraian hanya disebutkan nama
akhirnya saja, dan kalau lebih dari 2 orang, hanya nama akhir penulis
pertama yang dicantumkan diikuti dengan dkk atau et.al:
a. Menurut Calvin (1978)…..
b. Pirolisis ampas tebu (Othmer dan Fernstrom, 1943) menghasilkan….
c. Bensin dapat dibuat dari metanol (Meisel dkk, 1976)
Yang membuat tulisan pada contoh (c) berjumlah 4 orang, yaitu Meisel, S.L.,Cullough, J.P., Leckthaler, C.H. dan Weizz, PB.
2. Nama penulis dalam daftar pustaka
Dalam daftar pustaka, semua penulis haus dicantumkan namanya dan tidak
boleh hanya penulis ditambah dkk atau et.al saja. Contoh Meisel,
S.L.,Cullough, J.P., Leckthaler, C.H. dan Weizz, PB, 1976… tidak boleh
hanya: Meisel, S.L. dkk atau Meisel, S.L. et.al.
3. Nama Penulis lebih dari satu kata
Jika nama penulis terdiri dari 2 suku kata atau lebih, cara
penulisannya ialah nama akhir diikuti dengan koma, singkatan nama depan,
tengah, dan seterusnya, yang semuanya di beri titik, atau nama akhir
diikuti dengan suku kata nama depan, tengaj, dan seterusnya. Contoh:
a. Sutan Takdir Alisyabhana ditulis: Alisyahbana S.T., atau Alisyahbana, Sutan Takdir
b. Donald Fitzgerald Othmer ditulis: Othmer, D.F.
4. Nama Dengan garis penghubung
Kalau nama penulis dari sumber aslinya ditulis dengan garis penghubung
diantara dua suku katanya, maka keduanya dianggap sebagai satu kesatuan.
Contoh Sulastin-Sutrisno ditulis Sulastin – Sutrisno.
5. Nama yang diikuti dengan singkatan
Nama yang diikuti dengan singkatan, dianggap bahwa singkatan itu menjadi satu dengan suku kata yang ada di depannya, contoh:
a. Mawardi A.l. ditulis: Mawardi A.l
b. William D. Ross Jr. ditulis: Ross Jr., W.D
6. Derajat kesarjanaan
Derajat kesarjanaan tidak boleh dicantumkan. Di bawah ini adalah salah
satu contoh format daftar pustaka-dikutip dari petunjuknya dikeluarkan
oleh Program Pascara Sarjana UGM (1997: hal. 26):
a. Anderson, T.F. 1951. Techniques for the Preservation of Three
Dimensional Structure in Preparing Specimen for the Electron Microscope.
Trans N.Y. Acad. Sci. 13: 130-134.
b. Andrew, Jr., H.N. 1961. Studies in Paleabotany. John Wiley & Sons, Inc., New York. Berlyn
c. G.P. and J.P. Miksche.1976. Botanical Micro Technique and Cytochemistry. The Lowa State University Press, Ames. Lowa.
d. Bhojwani, S.S. and S.P. Bhatnagar, 1981. The Embryology of Angiosperms. Vikas Publishing House PVT Ltd., New Delhi.
e. Cronquist, A. 1973. Basic Botany. Warper & Row Publisher, New York.
f. Cutler, D.F., 1978 Applied Plant Anatomy. Longman, London.
g. Dawes. C.J. 1971. Biological Techniques in Electron Microscopy. Barnes & Noble, Inc., New York.
h. DV Praw, E.J. 1972. The Bioscience: Cell dan Molecular Biology. Cell and Molescular Biology Council, Standford, California.
i. Bohlin, P. 1968. Use of The Scanning Reflection Electron Microscope
in the Study of Plant and Microbial Material. J. Roy. Microscop. Soc.
88:407-418
j. Erdtman, G. 1952. Pollen Morphology and Plant Taxonomy. Almquist
& Wiksell, Stockholm- The Chronica Botanica Co., Waltham. Mass.
k. Esau, K. 1965. Plant Anatomy. John Willey & Sons.Inc., New York.
l. Esau, K. 1977. Anatomy of Seed Plant. John Wiley & Sons. New York.
m. Faegri, K. and J. Iversen. 1975. Texbook of Pollen Analysis. Hainer Press, New York.
Pencarian pustaka secara elektronis/online pada saat ini banyak
informasi ilmiah yang tersedia untuk diakses secara elektronis atau
on-line. Informasi ilmiah tersebut tersedia dalam media seperti CD-ROM
(yang dibaca lewat komputer), pita rekaman suara, pita rekaman video,
dan lewat internet. Leedy (1997, hal. 73) menjelaskan beberapa
keuntungan mencari informasi ilmiah on-line yaitu antara lain: tersedia
jutaan informasi dalam bentuk elektronis yang dipasarkan menduni,
publikasi elektronis biasanya lebih baru karena prosesnya lebih cepat
dari pada publikasi cetak, dan pencarian informasi berkecepatan tinggi
(karena menggunakan komputer). Masalah yang saat ini dihadapi adalah
beberapa institusi pendidikan belum mempunyai standar pengacuan bagi
informasi ilmiah yang didapat dari sumber elektronis. Misal: seperti apa
format sumber pustaka elektronos dari CD-ROM dan internet? Untuk
mengisi kekosongan tersebut, dibawah ini dikutipkan format yang
disarankan oleh Kenedy (1998; hal. 175-176): komponen dasar dari sitasi
(pengacuan) pustaka adalah sebagai berikut: nama akhir pengarang,
inisial. Tahun dikumpulkan dari media tersebut) contoh untuk situs FTP
(File Transfer Protocol): Johnson,P.1994.tropical Indonesian
Architecture ftp: // indoarch. Com /Pub /CCC94 / johnson – p (22 Apr
2000). Contoh untuk situs WWW (World Wide Web): Djunaedi, A. 2000. The
History Of Indonesian Urban Planning,
http://www.mkpd-ugm.ac.id/adj/riset99/(18april200)
BAB III
PENUTUP
Demikian makalah yang berjudul Pemilihan Judul.Tinjauan Pustaka, dan outline ini disusun semoga bermanfaatbagi kita semua.
1. Kesimpulan
Judul adalah kalimat singkat dan padat yang menggambarkan suatu ulasan / penelitian.
Tinjauan Pustaka mempunyai arti peninjauan kembali pustka – pustaka yang
terkait, sedangakan Outline yaitu kerangka karangan yang merupakan
rencana kerja secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Pateda, Mansoer dan Yenni P. Palubuhu. 1993. Bahasa Indonesia Sebagai Mata Kuliah Dasar Umum. Nusa Indah: Surabaya.
Penelitian Blogsome.com
http://IQ.wikipedia.org
www.indoskripsi.com/category/matakuliah/ttki
pelitaku.sabda.org/memahami-struktur-karya-ilmiah.
Budi.insan.co.id
Pemilihan Judul, Tinjauan Pustaka, Dan Outline
Makalah
Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
”Bahasa indonesia”
Oleh:
1. Akhyat Hilmi ( D05209053)
2. Rufaidah Kusuma wati (D05209056)
3. Aisyah Akustia (D05209044)
4. Bustanul Arifin (D35209001)
Dosen pembibing:
Drs. M. Fahmi
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai
pemenuhan tugas dan bahan diskusi mata kuliah Bahasa Indonesia ini tepat
pada waktunya.
Makalah ini kani selesaikan tentunya tidak lepas dari bantuan dan
dukunga dari berbagai pihak. Kami selaku penyusun makalah menyapaikan
terima kasih pada yang terhormat :
1. Drs. M. Fahmi selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh
dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surabaya, Desember 2009
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Metode Penulisan 1
1.4 Studi Pustaka 1
BAB II PEMBAHASAN 2
1. Judul/Penemuan Judul Karya Ilmiah 2
2. Outline (Kerangka Karangan) 4
3. Tinjauan Pustaka 7
BAB III PENUTUP 19
1. Kesimpulan 19
DAFTAR PUSTAKA 20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar