Kita terlahir dari kota yang berbeda. Tapi kerap kali membicarakan tema yang sama. Yaitu "CINTA"

Sabtu, 05 November 2011

contoh pembuatan outline,dan judul

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai mahasiswa memang kita dituntut professional dalam menjalani masa studi dan dalam mengerjakan tugas – tugas yang diberikan oleh bapak / ibu dosen baik berupa makalah ataupun karya ilmiah, disini kita ingin menjelelaskan lebih jauh tentang Pemilihan judul, Outline, dan tinjauan pustaka, yang banyak kurang dimengerti oleh sebagian mahasiswa.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang Pemilihan Judul, outline, dan Tinjauan Pustaka
2. Sebagai bahan diskusi mata kuliah Bahasa Indonesia
3. Sebagai Pemenuhan tugas makalah mata kuliah Bahasa Indonesia
4. Diharapkan pembaca dapat menerapkannya dalam pembuatan karya ilmiah.
1.3 Metode Penulisan
Penulisan menggunakan metode kepustakaan .
1.4 Studi Pustaka
Dalam metode ini penyusun membaca sebuah buku dan beberapa Website, Blog yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Judul/Penemuan Judul Karya Ilmiah
Judul adalah suatu kalimat singkat dan padat yang menggambarkan isi suatu ulasan/karya ilmiah.
Cara Pemilihan Judul Karya Ilmiah
a. Singkat, jelas dan berbobot: Usahakan jumlahnya tidak lebih dari 25 kata. Judul penelitian harus singkat karena menggambar efektivitas dan efisiensi. Judul jangan terlalu panjang karena membingungkan, dan membuat orang berfikir panjang tentang apa fokus penelitiannya.
b. Harus sesuai dengan topik penelitian: Judul yang baik harus merupakan perwujudan dari topik penelitian. Pembaca akan dapat mengetahui atau membayangkan isi dari penelitian, teori yang digunakan, metodologi yang dipakai.
Misalnya judul “Pengaruh Nitrogen Terhadap Pertumbuhan Padi Pada Musim Kemarau di Jombang Jawa Timur”
1) “Pengaruh a terhadap b” kata pengaruh menunjukkan metode yang digunakan adalah regresi sederhana atau korelasi sederhana, dengan tambahan pembahasan misalnya deskriptif demografik responden, deskriptif jawaban responden, grafik dan lain-lain.
2) “Pengaruh Nitrogen Terhadap Pertumbuhan Padi Pada Musim Kemarau” menunjukkan dua variabel yang diteliti yaitu “Pengaruh Nitrogen Terhadap Pertumbuhan Padi” (Variabel X, independen variabel) dan “Pada Musim Kemarau” (Variabel Y, dependen variabel)
3) “Di Jombang Jawa Timur” menunjukkan studi kasus yang diteliti, dibatasi hanya terjadi di Jombang Jawa Timur.
Cara menulis judul adalah dengan menentukan kerangka karangan dengan pembatasan topik. Contoh:
Topik : Tumbuhan
Masalah apa : Pertumbuhan
Mengapa : Perbedaan kecepatan pertumbuhan
Dimana : Jombang Jawa Timur
Waktu : Tiga bulan (sekali panen)
Kajian : Praktis
Penentuan judul tersebut, dengan metode penelitian kuantitatif yang mengarah pada pengambilan kesimpulan yang menggerucut (deduktif).
c. Tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku: Judul penelitian berbeda dengan judul-judul koran atau headline suatu majalah yang begitu bombastis dan provokatif agar laku dijual. Judul juga tidak boleh bertentangan dengan norma yang berlaku seperti norma agama, sosial, budaya, dan etika, misalnya adanya unsur penghinaan terhadap kelompok, agama atau Nabi tertentu. Judul yang mengandung kata yang tidak sopan juga dilarang.
d. Tidak menimbulkan interpretasi ganda: Misalnya judul “Analisis kultur budaya dan pengaruhnya terhadap kecenderungan terjadinya pengangguran di daerah X”. judul ini banyak menimbulkan prasangka, apakah yang dimaksud pengangguran adalah unemployment (tidak bekerja) atau underemployment (kadang bekerja, kadang tidak)?
e. Tidak provokatif: Judul penelitian haruslah netral dan hanya merupakan dugaan, yang kemudian diteliti dengan menjunjung tinggi nilai ilmiah yang tinggi dan tidak memihak atau mengarahkan pembaca.
f. Bukan merupakan kalimat tanya: Bila menggunakan kalimat tanya ini adalah judul yang tidak lazim, sangat jarang ditemui karena ini dapat menggambar keraguan dari peneliti. Misalnya Judul “Analisis pengaruh cover majalah terhadap minat baca?” perhatikan tanda tanya menunjukkan keraguan
(Sumber: Usman Rianse dan Abdi. Metodologi Penelitian sosial dan ekonomi (2008:44), diolah)
2. Outline (Kerangka Karangan)
Pengertian Outline
Outline sering disebut kerangka karangan. Ia merupakan rencana kerja besar keseluruhan. Belum lagi seorang pengarang dapat mulai menulis kalau outline belum siap meskipun topik dan pokok pikirannya telah tersedia. Itu kalau menghendaki karangan yang rapi dan lancar.
Untuk menyusun karangan panjang, seperti esai atau buku, terasa sekali perlunya disiapkan outline yang berbentuk pembagian bab-bab dan pasal-pasal. Tetapi untuk menyusun karangan pendek, semacam makalah atau artikel untuk surat kabar, outlinenya mungkin hanya berbentuk susunan butir-butir penting belaka, tidak berbentuk pembagian bab-bab dan pasal-pasal yang begitu terinci.
Pada prinsipnya sebuah karangan pendek atau panjang boleh-boleh saja di susun tanpa mengindakan outline. Outline hanya sekedar teknik atau alat belaka. Teknik dan alat untuk memudahkan dan melancarkan karangan. Makin cermat dan makin mendetail ouline disusun, makin baik bagi karangannya. Sebuah bangunan yang kokoh dan elok biasanya terlahir dari perencanaan yang cermat dan matang. Begitu pula sebuah karangan yang bernilai, tentu terlahir dengan outline dengan detail yang dirancang secara cermat dan matang.
Tipe Susunan Outline
Ada beberapa tipe susunan outline yang pengarang boleh memilih salah satu yang dirasanya cukup bagus dan tepat bagi karangannya. Ada beberapa tipe yang lazim dipergunakan, yaitu:
1. Berdasarkan urutan kronologis
Susunan outline di atur menurut susunan waktu kejadian (kronologis) peristiwa yang hendak diuraikan.
2. Berdasarkan urutan lokal
Susunan outline diatur menurut susunan lokal (ruang/tempat) dari pada objek yang hendak diuraikan
3. Berdasarkan urutan klimaks
Susunan outline diatur menurut jenjang kepentingan, dimulai dari jenjang kepentingan terendah menuju kepada kepentingan yang paling tinggi
4. Berdasarkan urutan familiaritas
Susunan outline diatur menurut dikenal tidaknya bahan yang akan diuraikan. Dimulai dari sesuatu yang dikenal, kemudian berangsur-angsur pindah kepada sesuatu yang belum dikenal yang belum di ketahui pembaca.
5. Berdasarkan urutan ekspebilitas
Susunan outline diatur menurut diterima tidaknya prinsip yang dikemukakan. Dimulai dari mengemukakan hal-hal yang dapat diterima pembaca, kemudian menuju hal-hal yang dapat diterima pembaca, kemudian menuju kepada gagasan yang mungkin ditolak.
6. Berdasarkan urutan kausal
Susunan outline diatur menurut hubungan kausal. Dapat dimulai dengan mengemukakan sebuah sebab, untuk kemudian uraian akan menelusuri akibat-akibat yang mungkin ditimbulkannya, dapat pula sebaliknya, dimulai dengan menguraikan beberapa akibat atau beberapa keadaan, lalu kemudian bertanya, kenapa hal itu terjadi, apa yang mengakibatkannya.
7. Berdasarkan urutan logis
Susunan outline diatur menurut aspek-aspek umum dan aspek khusus, misalnya, di mulai memperkenalkan kelompok-kelompok yang paling umum, baru kemudian membicarakan kelompok-kelompok yang khusus, yang merupakan bagian dari kelompok umum tadi. Atau sebaliknya.
8. Berdasarkan urutan apresiatif
Susunan outline diatur menurut pilihan buruk-baik, untung-rugi, berguna-tidak berguna, benar-salah, dan seterusnya.
Proses Pembuatan Outline
Secara sederhana, proses penyusunan outline umumnya melewati tahapan-tahapan berikut:
Tahap pertama, mencatat di atas sebuah kertas segala gagasan yang timbul dari pikiran, atau dikumpulkan dari sumber-sumber (tertulis atau lisan), yang ada hubungannya dengan topik yang ditentukan dan pokok pikiran yang dirumuskan. Semua gagasan ditulis tanpa perlu disusun dalam suatu sistem atau berurutan yang teratur.
Tahap kedua, setelah dirasakan seluruh gagasan sudah ditulis, maka mulailah gagasan-gagasan itu diatur, diorganisasikan dan disistematisasikan. Hal-hal yang saling berhubungan dan termasuk dalam satu grup. Di kelompokkan menjadi satu. Dalam tahap mengatur, mengorganisasikan dan mensistematisasikan ini harus senantiasa diperhatikan agar gagasan yang tidak cocok dengan pokok pikiran, dicoret atau dibuang.
Tahap ketiga, menguji sekali lagi gagasan-gagasan yang telah dikelompokkan dalam bab-bab dan pasal-pasal tadi.
Tahap keempat, membuat outline yang lengkap dan terinci yang sudah bebas dari coret-coretan dan penyempurnaan-penyempurnaan. Dalam tahap ini juga dicantumkan pokok pikiran yang mendasari outline tersebut.
Begitulah kira-kira tahapan proses penyusunan outline, suatu outline yang sempurna, yang telah dikaji kembali secara kritis, akan sangat menguntungkan bagi karangan yang akan dibikin.
Outline Yang Baik
Yang perlu diperhatikan untuk menghasilkan outline yang baik adalah beberapa hal berikut ini:
1. Outline harus mengandung pokok-pokok yang cukup mendetail. Semakin mendetail, semakin banyak menolong dalam uraian nanti, sebaliknya outline yang tidak cukup mendetail akan kurang banyak membantu uraian.
2. Outline harus disusun secara cermat dan logis. Setiap bagian memerlukan pembaharuan lebih lanjut (subdivision) yang bersifat menganalisis secara cermat dan logis.
3. Dalam outline yang baik, pokok-pokok yang sejajar harus diberi nomor atau huruf yang sejenis.
3. Tinjauan Pustaka
Pengertian Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka mempunyai arti: peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait (review of related literature). Sesuai dengan arti tersebut, suatu tinjauan pustaka berfungsi sebagai peninjauan kembali (review) pustaka (laporan penelitian, dan sebagainya) tentang masalah yang berkaitan tidak selalu harus tepat identik dengan bidang permasalahan yang dihadapi termasuk pula yang seiring dan berkaitan (collateral). Fungsi peninjauan kembali pustaka yang berkaitan merupakan hal yang mendasar dalam penelitian, seperti dinyatakan Leedy (1997) bahwa semakin banyak seorang peneliti mengetahui, mengenal, dan memahami tentang penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya (yang berkaitan erat dengan topik penelitiannya), semakin dapat dipertanggung jawabkan caranya meneliti permasalahan yang dihadapi, walaupun demikian, sebagian penulis (usulan penelitian atau karya tulis) menganggap tinjauan pustaka merupakan bagian yang tidak penting sehingga ditulis “asal ada” saja atau bukan untuk sekedar membuktikan bahwa penelitian (yang diusulkan) belum pernah dilakukan sebelumnya. Pembuktian keaslian penelitian tersebut sebenarnya hanyalah salah satu dari beberapa kegunaan tinjauan pustaka. Kelemahan lain yang sering pula dijumpai adalah dalam penyusunan, penstrukturan atau pengorganisasian tinjauan pustaka. Banyak penulisan tinjauan pustaka yang mirip resensi buku (dibahas buku per buku, tanpa ada kaitan yang bersistem) atau mirip daftar pustaka (hanya menyebutkan siapa penulisnya dan di pustaka mana ditulis, tanpa membahas apa yang ditulis) berdasarkan kelemahan-kelemahan yang sering dijumpai di atas, tulisan ini berusaha untuk memberikan kesegaran pengetahuan tentang cara-cara penulisan tinjauan pustaka yang lazim dilakukan.
Kegunaan Tinjauan Pustaka
a. Kegunaan tinjauan pustaka menurut Leedy (1997:hal. 71) menerangkan bahwa suatu tinjauan pustaka mempunyai kegunaan untuk:
1) Mengungkapkan penelitian-penelitian yang serupa dengan penelitian yang (akan) kita lakukan; dalam hal ini, diperlihatkan pula cara penelitian-penelitian tersebut menjawab permasalahan dan merancang metode penelitiannya.
2) Membantu memberi gambaran tentang metode dan teknik yang dipakai dalam penelitian yang mempunyai permasalahan serupa atau mirip penelitian yang kita hadapi.
3) Mengungkapkan sumber-sumber data (atau judul-judul pustaka yang berkaitan) yang mungkin belum kita ketahui sebelumnya.
4) Mengenal peneliti-peneliti yang karyanya penting dalam permasalahan yang kita hadapi (yang mungkin dapat dijadikan nara sumber atau dapat ditelusuri karya-karya tulisnya yang lain yang mungkin terkait.
5) Memperlihatkan kedudukan penelitian yang (akan) kita lakukan dalam sejarah perkembangan dan konteks ilmu pengetahuan atau teori tempat penelitian ini berada.
6) Mengungkapkan ide-ide dan pendekatan-pendekatan yang mungkin belum kita kenal sebelumnya
7) Membuktikan keaslian penelitian (bahwa penelitian yang kita lakukan berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya)
8) Mampu menambah percaya diri kita pada topik yang kita pilih karena telah ada pihak-pihak lain yang sebelumnya juga tertarik pada topik tersebut dan mereka telah mencurahkan tenaga, waktu dan biaya untuk meneliti topik tersebut.
b. Kegunaan tinjauan pustaka menurut Castetter dan Heisler (1984, hal. 38-43) menerangkan bahwa tinjauan pustaka mempunyai enam kegunaan yaitu:
1. Mengkaji sejarah permasalahan
2. Membantu pemilihan prosedur penelitian
3. Mendalami landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan
4. Mengkaji kelebihan dan kekurangan hasil penelitian terdahulu
5. Menghindari duplikasi penelitian
6. Menunjang perumusan masalah
karena penjelasan Castetter dan Heisler di atas lebih jelas maka pembahasan lebih lanjut tentang kegunaan tinjauan pustaka dalam tulisan ini mengacu pada penjelasan mereka. Satu persatu kegunaan (yang saling kait mengkait) tersebut dibahas dalam bagian berikut ini:
1. Mengkaji sejarah permasalahan, sejarah permasalahan meliputi perkembangan permasalahan dan perkembangan penelitian atas permasalahan tersebut. Pengkajian terhadap perkembangan permasalahan secara kronologis sejak permasalahan tersebut timbul sampai pada keadaan yang dilihat kini akan memberi gambaran yang lebih jelas tentang perkembangan materi permasalahan (tinjauan dari waktu ke waktu; berkurang atau bertambah parah; apa penyebabnya). Mungkin saja, tinjauan seperti ini mirip dengan bagian “latar belakang permasalahan” yang biasanya ditulis di bagian depan suatu ulasan penelitian. Bedanya: dalam tinjauan pustaka, kajian selalu mengacu pada pustaka yang ada. Pengkajian kronologis atas penelitian-penelitian yang pernah dilakukan atas permasalahan yang akan membantu memberi gambaran tentang apa yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti lain dalam permasalahan tersebut. Gambaran bermanfaat tentang pendekatan yang dipakai dan hasil yang didapat.
2. Membantu pemilihan prosedur penelitian, dalam merancang prosedur penelitian (research design), banyak untungnya untuk mengkaji prosedur-prosedur (atau pendekatan) yang pernah dipakai oleh peneliti-peneliti terdahulu dalam meneliti permasalahan-permasalahan yang hampir serupa. Pengkajian meliputi kelebihan dan kelemahan prosedur-prosedur yang dipakai dalam menjawab permasalahan. Dengan mengetahui kelebihan dan kelemahan prosedur-prosedur tersebut, kemudian dapat dipilih, diadakan penyesuaian dan dirancang suatu prosedur yang cocok untuk penelitian yang dihadapi.
3. Mendalami landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan, salah satu karakteristik penelitian adalah kegiatan yang dilakukan haruslah berada pada konteks ilmu pengetahuan atau teori yang ada. Pengkajian pustaka, dalam hal ini, akan berguna bagi pendalaman pengetahuan seutuhnya (unified explanation) tentang teori atau bidang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan permasalahan. Pengenalan teori-teori yang tercakup dalam bidang atau area permasalahan diperlukan untuk merumuskan landasan teori sebagai basis perumusan hipotesa atau keterangan empiris yang diharapkan.
4. Mengkaji kelebihan dan kekurangan hasil penelitian terdahulu, di bagian awal tulisan ini disebutkan bahwa kegunaan tinjauan pustaka yang dikenal umum adalah untuk membuktikan bahwa penelitian (yang diusulkan) belum pernah dilakukan sebelumnya. Pembuktian keaslian penelitian ini bersumber pada pengkajian terhadap penelitian-penelitian yang pernah dilakukan. Bukti yang dicari bisa saja berupa kenyataan bahwa belum pernah ada penelitian yang dilakukan dalam permasalahan itu, atau hasil penelitian yang pernah ada belum mantap atau masih mengandung kesalahan atau kekurangan dalam beberapa hal dan perlu diulangi atau dilengkapi. Dalam penelitian yang akan dihadapi sering diperlukan pengacuan terhadap prosedur dan hasil penelitian yang pernah ada. Kehati-hatian perlu ada dalam pengacuan tersebut. Suatu penelitian mempunyai lingkup keterbatasan serta kelebihan dan kekurangan. Evaluasi yang tajam terhadap kelebihan dan kelemahan tersebut akan berguna terutama dalam memahami tingkat kepercayaan (level of significance) hal-hal yang diacu. Perlu dikaji dalam penelitian yang dievaluasi apakah temuan dan kesimpulan berada di luar lingkup penelitian atau temuan tersebut mempunyai dasar yang sangat lemah. Evaluasi ini menghasilkan penggolongan pustaka ke dalam dua kelompok:
1) Kelompok pustaka utama (significant literature)
2) Kelompok pustaka penunjang (Collateral literature)
5. Menghindari duplikasi penelitian, kegunaan ini agar tidak terjadi duplikasi penelitian, sangat jelas maksudnya. Masalahnya, tidak semua hasil penelitian dilaporkan secara luas. Dengan demikian, publikasi atau seminar atau jaringan informasi tentang hasil-hasil penelitian sangat penting, dalam hal ini, peneliti perlu mengetahui sumber-sumber informasi pustaka dan mempunyai hubungan (access) dengan sumber-sumber tersebut. Tinjauan pustaka, berkaitan dengan hal ini, berguna untuk membeberkan seluruh pengetahuan yang ada sampai saat ini berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi (sehingga dapat menyakinkan bahwa tidak terjadi duplikasi)
6. Menunjang perumusan masalah, kegunaan yang keenam dan taktis ini berkaitan dengan perumusan permasalahan. Pengkajian pustaka yang meluas (tapi tajam), komperehensif dan bersistem, pada akhirnya harus diakhiri dengan suatu kesimpukan yang memuat permasalahan apa yang tersisa, yang memerlukan penelitian; yang membedakan penelitian yang diusulkan dengan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Dalam kesimpulan tersebut, rumusan permasalahan ditunjang kemantapannya (justified). Pada beberapa formulir usulan penelitian (seperti misalnya pada formulir usulan penelitian DPP FT UGM), bagian kesimpulan ini sengaja dipisahkan tersendiri (agar lebih jelas menonjol) dan ditempatkan sesudah tinjauan pustaka seperti diberi judul “keasilan penelitian”.
Contoh Permasalahan Dalam Tinjauan Pustaka
Organisasi tinjauan pustaka seperti telah dijelaskan di atas, banyak dijumpai kelemahan dalam penulisan tinjauan pustaka dilihat dari cara menyusun atau mengorganisasi materinya. Organisasinya yang lemah ditunjukkan oleh tidak adanya sistem (keterkaitan) yang jelas ditampilkan dalam tinjauan pustaka tersebut. Berkaitan dengan persyaratan untuk bersistem tersebut, dalam formulir usulan penelitian DPP FT UGM telah ditulis dengan jelas, sebagai berikut: “Tinjauan Pustaka (Buatlah suatu uraian yang baik, luas dan bersistem mengenai penelitian-penelitian yang sudah pernah diadakan dan yang mempunyai kaitan dengan penelitian yang diusulkan ini…)”. Dalam hal organisasi tinjauan pustaka, Castetter dan Heisler (1984, hal. 43-45) menyarankan tentang bagian-bagian tinjauan pustaka yang meliputi:
1. Pendahuluan
2. Pembahasan, dan
3. Kesimpulan
Dalam bagian pendahuluan, bisanya ditunjukkan peninjauan atau kriteria penetapan pustaka yang akan ditinjau (dapat diungkapkan dengan sederetan pertanyaan keingin tahu). Pada bagian pendahuluan ini pula dijelaskan organisasi tinjauan pustaka, yaitu pengelompokan secara sistematis dengan menggunakan judul dan sub-judul pembahasan; umumnya, pengelompokan didasarkan pada topik; cara lain, berdasarkan periode (waktu, kronologis). Contoh “bagian pendahuluan” dari suatu tinjauan pustaka sebagai berikut:- contoh I: Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi lima kelompok bahasan. Pembahasan pertama merupakan tinjauan singkat tentang sistem permodalan transportasi kota, sebagai pengantar atau pengenalan tentang penyebaran beban lalu lintas ke ruas-ruas jalan. Pembahasan kedua berkaitan dengan pengetahuan penyebaran beban lalulintas ke ruas-ruas jalan (trip assignment) itu sendiri, dan pembahasan ketiga menyangkut tinjauan kronologis pengembangan paket-paket program komputer untuk perhitungan sebaran beban lalulintas. Pembahasan keempat bersangkut paut dengan kritik terhadap paket-paket komputer dalam bidang sistem permodalan transportasi kota yang ada; sedangkan pembahasan kelima memfokuskan pada interaksi (dialog) antara program komputer dan pemakai (Sumber: Djunaedi, 1988)
Contoh 2: …tinjauan pustaka ini dirancang untuk menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1) Seperti apakah proses perencanaan kota komperehensif itu?.
2) Bagian mana saja dari proses tersebut yang terstruktur dan bagain mana saja yang tidak terstruktur?
3) Sejauh mana bagian-bagian proses tersebut sampai saat ini telah terkomputerkan?
4) Siapa saja atau pihak mana yang terlibat dalam proses perencanaan tersebut?
5) Seperti apakah produk akhir dari proses perencanaan tersebut? (Sumber: Djunaedi, 1996, hal. 9)
Bagian kedua, pembahasan disusun sesuai organisasi yang telah ditetapkan dalam bagian pendahuluan. Pembahasan pustaka perlu dipertimbangkan keterbatasan bahwa tidak mungkin (tepatnya: tidak perlu) semua pustaka dibahas dengan kerincian yang sama; ada pustaka yang lebih penting dan perlu dibahas lebih rinci daripada pustaka lainnya. Dalam hal kemiripan isi, perincian dapat diterapkan pada salah satu pustaka: sedangkan pustaka lainnya cukup disebutkan saja tapi tidak dirinci. Misal: Komponen sistem penunjang pembuatan keputusan, seperti dijelaskan oleh Mitta (1986), meliputi empat modul: pengendali, penyimpan data, pengolah data dan pembuat model. Penjelasan serupa diberikan pula oleh Sprague dan Carlson (1982), dan Bonczek et.atl (1981). Sebagai peninjauan yang bersistem, disamping menuruti organisasi anggota telah ditetapkan, dalam pembahasan secara rinci perlu ditunjukkan keterkaitan satu pustaka dengan pustaka yang lainnya. Bukan hanya menyebut “Si A menjelaskan bahwa….Si B menerangkan……Si Z memerinci…..”, tapi perlu dijelaskan keterkaitannya, misal “Si B menerangkan bahwa….sebaliknya si G membantah hal tersebut dan menyatakan bahwa….bantahan serupa muncul dari berbagai pihak, misalnya diungkapkan oleh si W, si S dan si Y. ketiga penulis terakhir ini bahwa menyatakan bahwa…. Tinjauan pustaka diakhiri dengan kesimpulan atau ringkasan yang menjelaskan tentang “apa arti semua tinjauan pustaka tersebut (what does it all mean?)” secara rinci, kesimpulan atau ringkasan tersebut hendaknya memuat jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut ini, tentang:
a) Status saat ini, mengenai pengetahuan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti (apakah permasalahan sebenarnya telah tuntas terjawab?)
b) Penelitian-penelitian terdahulu yang dengan permasalahan yang dihadapi (adalah sesuatu dan apalah yang dapat dimanfaatkan?)
c) Kualitas penelitian-penelitian yang dikaji (mantap atau hanya dapat dipercayai sebagian saja?)
d) Kedudukan dan peran penelitian yang diusulkan dalam konteks ilmu pengetahuan yang ada.
Contoh bagian ringkasan dari tinjauan pustaka: isi tinjauan pustaka di atas dapat diringkas sebagai berikut:
1) Telah tersedia pengetahuan tentang teknik penghitungan sebaran beban lalulintas ke ruas-ruas jalan
2) Teknik tersebut telah diwujudkan dalam suatu bagian dari program komputer berskala besar sampai menengah, yang dijalankan dengan komputer besar (main-frame)
3) Dibutuhkan penerapan teknik tersebut pada komputer mikro meningat komputer mikro telah tersebar luas ke Indonesia
4) Untuk pembuatan program simulator ini perlu dipertimbangkan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan menyangkut interaksi (dialog) antara program komputer dan pemakai yang bukan pemrogram, terutama dalam bentuk dialog, keterlibatan pemakai, dan keterbatasan waktu dalam diri pemakai (Sumber: Djunaedi, 1988)
Kaitan Tinjauan pustaka dengan daftar pustaka
Di bagian awal tulisan ini telah disebutkan bahwa sering terdapat penulisan tinjauan pustaka yang mirip daftar pustaka, misal: “Tentang hal A dibahas oleh si H dalam buku….., si B dalam buku….; sedangkan tentang hal J diterangkan oleh si P dalam buku….
….”peninjauan seperti ini biasanya tidak menyebutkan apa yang dijelaskan oleh masing-masing pustaka secara rinci (hanya menyebutkan siapa dan dimana ditulis). Penyebutan judul buku, yang seringkali tidak hanya sekali, tidak efisien dan menyaingi tugas daftar pustaka. Dalam tulisan ini, cara peninjauan seperti itu tidakdisarankan. Pengacuan pustaka dalam tinjauan pustaka dapat dilakukan dengan cara yang bermacam-macam, antara lain: penulisan catatan kaki, dan penulisan nama pengarang dan tahun saja. Setiap cara mempunyai kelebihan dan kekurangan; tapi peninjauan tentang kelebihan dan kekurangan tersebut di luar lingkup tulisan ini. Dalam tulisan ini hanya akan dibahas pemakaian cara penulisan nama akhir pengarang dan tahun penerbitan (dan sering ditambah dengan nomor halaman). Misal: Dalam hal organisasi tinjauan pustaka, Castetter dan Heisler (1984, hal. 43-45) menyarankan tentang bagian-bagian tinjauan pustaka, yang meliputi:
1) Pendahuluan
2) Pembahasan, dan
3) Kesimpulan
Pengacuan cara di atas mempunyai kaitan sera dengan cara penulisan daftar pustaka. Penulisan daftar pustaka umumnya tersusun menurut abjad nama akhir penulis; dengan format: nama penulis, tahun penerbitan dan sebagainya. Susunan dan format daftar pustaka tersebut memudahkan untuk membaca informasi yang lengkap tentang yang diacu dalam tinjauan pustaka. Misal, dalam tinjauan pustaka “…..Mittra (1986)”.
Dalam daftar pustaka tertulis: Mittra, S.S., 1996, Decision Support System: Tools and Techniques, John Wiley & Sons, New York, N.Y. Sering terjadi, seorang penulis (usulan penelitian atau karya tulis) ingin menunjukkan bahwa bahan bacaannya banyak; meskipun tidak dibahas dan tidak diacu dalam tulisannya, semuanya ditulis dalam daftar pustaka. Maksud yang baik ini sebaiknya ditunjukkan dengan membahas dan mengemukakan secara jelas (menurut aturan pengacuan) apa yang diacu dari pustaka-pustaka tersebut dalam tulisannya. Tentunya hal yang sebaliknya, yaitu menyebut nama pengarang yang diacu dalam tinjauan pustaka tanpa menuliskannya dalam daftar pustaka (karena lupa) tidak perlu terjadi. Berikut ini salah satu petunjuk tentang penulisan nama untuk pengacuan dalam tinjauan pustaka (dan daftar pustaka)-dikutip dari petunjuk yang dikeluarkan oleh Program Pascasarjana UGM(1997: 16-17):
Penulisan Nama penulisan nama mencakup nama penulis yang diacu dalam uraian, daftar pustaka, nama yang lebih dari dua suku kata, nama dengan garis penghubung, nama yang diikuti dengan singkatan, dan derajat kesarjanaan.
1. Nama penulis yang diacu dalam uraian
Penulis yang ditulisnya diacu dalam uraian hanya disebutkan nama akhirnya saja, dan kalau lebih dari 2 orang, hanya nama akhir penulis pertama yang dicantumkan diikuti dengan dkk atau et.al:
a. Menurut Calvin (1978)…..
b. Pirolisis ampas tebu (Othmer dan Fernstrom, 1943) menghasilkan….
c. Bensin dapat dibuat dari metanol (Meisel dkk, 1976)
Yang membuat tulisan pada contoh (c) berjumlah 4 orang, yaitu Meisel, S.L.,Cullough, J.P., Leckthaler, C.H. dan Weizz, PB.
2. Nama penulis dalam daftar pustaka
Dalam daftar pustaka, semua penulis haus dicantumkan namanya dan tidak boleh hanya penulis ditambah dkk atau et.al saja. Contoh Meisel, S.L.,Cullough, J.P., Leckthaler, C.H. dan Weizz, PB, 1976… tidak boleh hanya: Meisel, S.L. dkk atau Meisel, S.L. et.al.
3. Nama Penulis lebih dari satu kata
Jika nama penulis terdiri dari 2 suku kata atau lebih, cara penulisannya ialah nama akhir diikuti dengan koma, singkatan nama depan, tengah, dan seterusnya, yang semuanya di beri titik, atau nama akhir diikuti dengan suku kata nama depan, tengaj, dan seterusnya. Contoh:
a. Sutan Takdir Alisyabhana ditulis: Alisyahbana S.T., atau Alisyahbana, Sutan Takdir
b. Donald Fitzgerald Othmer ditulis: Othmer, D.F.
4. Nama Dengan garis penghubung
Kalau nama penulis dari sumber aslinya ditulis dengan garis penghubung diantara dua suku katanya, maka keduanya dianggap sebagai satu kesatuan. Contoh Sulastin-Sutrisno ditulis Sulastin – Sutrisno.
5. Nama yang diikuti dengan singkatan
Nama yang diikuti dengan singkatan, dianggap bahwa singkatan itu menjadi satu dengan suku kata yang ada di depannya, contoh:
a. Mawardi A.l. ditulis: Mawardi A.l
b. William D. Ross Jr. ditulis: Ross Jr., W.D
6. Derajat kesarjanaan
Derajat kesarjanaan tidak boleh dicantumkan. Di bawah ini adalah salah satu contoh format daftar pustaka-dikutip dari petunjuknya dikeluarkan oleh Program Pascara Sarjana UGM (1997: hal. 26):
a. Anderson, T.F. 1951. Techniques for the Preservation of Three Dimensional Structure in Preparing Specimen for the Electron Microscope. Trans N.Y. Acad. Sci. 13: 130-134.
b. Andrew, Jr., H.N. 1961. Studies in Paleabotany. John Wiley & Sons, Inc., New York. Berlyn
c. G.P. and J.P. Miksche.1976. Botanical Micro Technique and Cytochemistry. The Lowa State University Press, Ames. Lowa.
d. Bhojwani, S.S. and S.P. Bhatnagar, 1981. The Embryology of Angiosperms. Vikas Publishing House PVT Ltd., New Delhi.
e. Cronquist, A. 1973. Basic Botany. Warper & Row Publisher, New York.
f. Cutler, D.F., 1978 Applied Plant Anatomy. Longman, London.
g. Dawes. C.J. 1971. Biological Techniques in Electron Microscopy. Barnes & Noble, Inc., New York.
h. DV Praw, E.J. 1972. The Bioscience: Cell dan Molecular Biology. Cell and Molescular Biology Council, Standford, California.
i. Bohlin, P. 1968. Use of The Scanning Reflection Electron Microscope in the Study of Plant and Microbial Material. J. Roy. Microscop. Soc. 88:407-418
j. Erdtman, G. 1952. Pollen Morphology and Plant Taxonomy. Almquist & Wiksell, Stockholm- The Chronica Botanica Co., Waltham. Mass.
k. Esau, K. 1965. Plant Anatomy. John Willey & Sons.Inc., New York.
l. Esau, K. 1977. Anatomy of Seed Plant. John Wiley & Sons. New York.
m. Faegri, K. and J. Iversen. 1975. Texbook of Pollen Analysis. Hainer Press, New York.
Pencarian pustaka secara elektronis/online pada saat ini banyak informasi ilmiah yang tersedia untuk diakses secara elektronis atau on-line. Informasi ilmiah tersebut tersedia dalam media seperti CD-ROM (yang dibaca lewat komputer), pita rekaman suara, pita rekaman video, dan lewat internet. Leedy (1997, hal. 73) menjelaskan beberapa keuntungan mencari informasi ilmiah on-line yaitu antara lain: tersedia jutaan informasi dalam bentuk elektronis yang dipasarkan menduni, publikasi elektronis biasanya lebih baru karena prosesnya lebih cepat dari pada publikasi cetak, dan pencarian informasi berkecepatan tinggi (karena menggunakan komputer). Masalah yang saat ini dihadapi adalah beberapa institusi pendidikan belum mempunyai standar pengacuan bagi informasi ilmiah yang didapat dari sumber elektronis. Misal: seperti apa format sumber pustaka elektronos dari CD-ROM dan internet? Untuk mengisi kekosongan tersebut, dibawah ini dikutipkan format yang disarankan oleh Kenedy (1998; hal. 175-176): komponen dasar dari sitasi (pengacuan) pustaka adalah sebagai berikut: nama akhir pengarang, inisial. Tahun dikumpulkan dari media tersebut) contoh untuk situs FTP (File Transfer Protocol): Johnson,P.1994.tropical Indonesian Architecture ftp: // indoarch. Com /Pub /CCC94 / johnson – p (22 Apr 2000). Contoh untuk situs WWW (World Wide Web): Djunaedi, A. 2000. The History Of Indonesian Urban Planning, http://www.mkpd-ugm.ac.id/adj/riset99/(18april200)
BAB III
PENUTUP
Demikian makalah yang berjudul Pemilihan Judul.Tinjauan Pustaka, dan outline ini disusun semoga bermanfaatbagi kita semua.
1. Kesimpulan
Judul adalah kalimat singkat dan padat yang menggambarkan suatu ulasan / penelitian.
Tinjauan Pustaka mempunyai arti peninjauan kembali pustka – pustaka yang terkait, sedangakan Outline yaitu kerangka karangan yang merupakan rencana kerja secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Pateda, Mansoer dan Yenni P. Palubuhu. 1993. Bahasa Indonesia Sebagai Mata Kuliah Dasar Umum. Nusa Indah: Surabaya.
Penelitian Blogsome.com
http://IQ.wikipedia.org
www.indoskripsi.com/category/matakuliah/ttki
pelitaku.sabda.org/memahami-struktur-karya-ilmiah.
Budi.insan.co.id
Pemilihan Judul, Tinjauan Pustaka, Dan Outline
Makalah
Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
”Bahasa indonesia”
Oleh:
1. Akhyat Hilmi ( D05209053)
2. Rufaidah Kusuma wati (D05209056)
3. Aisyah Akustia (D05209044)
4. Bustanul Arifin (D35209001)
Dosen pembibing:
Drs. M. Fahmi
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai pemenuhan tugas dan bahan diskusi mata kuliah Bahasa Indonesia ini tepat pada waktunya.
Makalah ini kani selesaikan tentunya tidak lepas dari bantuan dan dukunga dari berbagai pihak. Kami selaku penyusun makalah menyapaikan terima kasih pada yang terhormat :
1. Drs. M. Fahmi selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surabaya, Desember 2009
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Metode Penulisan 1
1.4 Studi Pustaka 1
BAB II PEMBAHASAN 2
1. Judul/Penemuan Judul Karya Ilmiah 2
2. Outline (Kerangka Karangan) 4
3. Tinjauan Pustaka 7
BAB III PENUTUP 19
1. Kesimpulan 19
DAFTAR PUSTAKA 20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar